Ruang Ganti Real Madrid Memanas di Bawah Xabi Alonso
Situasi internal Real Madrid dikabarkan sedang memanas setelah muncul laporan bahwa sejumlah pemain kunci merasa tidak puas dengan gaya kepelatihan Xabi Alonso. Meski klub raksasa Spanyol itu masih memuncaki klasemen La Liga, hubungan antara sang pelatih dan beberapa bintang tim dikabarkan mulai retak.
Laporan yang pertama kali diungkap oleh Mundo Deportivo menyebutkan bahwa lima pemain penting Real Madrid mulai menunjukkan tanda-tanda frustrasi terhadap metode Alonso. Di antaranya adalah Jude Bellingham, Vinicius Junior, Thibaut Courtois, Federico Valverde, dan Eduardo Camavinga. Mereka dinilai kurang nyaman dengan pendekatan taktis yang terlalu kaku dan gaya bermain yang membatasi kreativitas di lapangan.
Pelatih asal Spanyol itu memang baru bergabung pada musim panas 2025, menggantikan Carlo Ancelotti yang meninggalkan klub setelah masa kepemimpinan yang sukses. Alonso datang dengan reputasi cemerlang setelah membawa Bayer Leverkusen tampil gemilang di Bundesliga. Namun, transisi ke Real Madrid tampaknya tidak berjalan semulus yang diharapkan.
Perbedaan Filosofi: Antara Fleksibilitas dan Struktur Ketat
Salah satu sumber ketegangan utama disebut berasal dari perbedaan filosofi bermain antara Alonso dan para pemainnya. Alonso dikenal sebagai pelatih dengan pendekatan struktur taktik yang sangat detail. Menekankan penguasaan bola dari lini belakang serta pergerakan terencana di setiap sektor lapangan.
Namun, sistem ini dianggap oleh beberapa pemain sebagai penghambat kreativitas, terutama bagi para pemain ofensif seperti Vinicius Junior dan Bellingham. Yang terbiasa bermain bebas dengan improvisasi tinggi. Dalam beberapa pertandingan, Vinicius bahkan terlihat menunjukkan gestur tidak puas ketika diganti, termasuk dalam laga panas El Clasico melawan Barcelona.
Meski ia kemudian meminta maaf secara terbuka kepada tim dan pelatih. Insiden tersebut menjadi sorotan besar di media Spanyol dan memperkuat rumor bahwa ruang ganti Real Madrid sedang tidak harmonis.
Sementara itu, Bellingham disebut mulai kehilangan peran eksplosifnya seperti musim sebelumnya. Di bawah Alonso, pemain asal Inggris itu lebih sering diposisikan lebih dalam untuk membantu sirkulasi bola. Bukan sebagai penyerang bayangan yang sering mencetak gol.
Beberapa pengamat menilai perubahan ini justru membuat kontribusi Bellingham terhadap tim menurun. Dan hal ini kabarnya menjadi sumber ketidakpuasan tersendiri bagi sang pemain.
Camavinga dan Valverde: Bermain di Luar Posisi Ideal
Selain trio bintang tersebut, dua gelandang muda Real Madrid lainnya. Eduardo Camavinga dan Federico Valverde, juga dikabarkan tidak sepenuhnya senang dengan peran yang diberikan Alonso.
Camavinga, misalnya, beberapa kali dimainkan sebagai bek kiri atau gelandang bertahan murni, posisi yang bukan keahliannya. Sementara Valverde sering diminta bermain lebih melebar untuk menjaga keseimbangan formasi. Padahal kekuatannya justru terletak pada kemampuan menembus lini tengah dengan kecepatan dan stamina luar biasa.
Kedua pemain muda ini dikabarkan tetap berusaha profesional, namun mulai menunjukkan tanda-tanda frustrasi karena kurang diberi kebebasan bermain di posisi favorit mereka. Hal ini semakin mempertegas bahwa Alonso menghadapi tantangan besar dalam menyesuaikan sistemnya dengan karakter pemain-pemain Real Madrid yang terbiasa dengan fleksibilitas di era Ancelotti dan Zinedine Zidane.
Metode Latihan Xabi Alonso yang Super Detail
Tak hanya soal taktik, pendekatan Alonso dalam sesi latihan juga menjadi bahan perdebatan. Mantan pelatih Leverkusen itu dikenal menerapkan metode modern berbasis data, menggunakan drone, video analisis, dan laporan statistik individu untuk memantau performa setiap pemain.
Meski sistem ini mendapat pujian dari kalangan pelatih muda Eropa, beberapa pemain senior Real Madrid justru menganggapnya terlalu melelahkan dan kaku. Mereka membandingkannya dengan gaya kepemimpinan Carlo Ancelotti dan Zidane yang lebih “manusiawi” — di mana suasana ruang ganti terasa lebih hangat dan penuh kepercayaan.
Seorang sumber dalam klub bahkan menyebut bahwa Alonso “terlalu fokus pada detail hingga lupa memberi ruang bagi intuisi pemain di lapangan.”
Pendekatan yang sangat disiplin itu, meski efektif dalam jangka panjang, bisa menjadi bumerang di tim sebesar Real Madrid yang dihuni banyak pemain dengan ego tinggi dan karakter dominan.
Performa di Eropa Belum Meyakinkan
Meskipun Real Madrid masih memimpin di La Liga, performa mereka di ajang Liga Champions belum sepenuhnya meyakinkan. Kekalahan dari Liverpool pada fase grup menjadi sinyal bahwa sistem baru Alonso belum sepenuhnya diadaptasi oleh para pemain.
Permainan Madrid kerap terlihat terlalu bergantung pada penguasaan bola, tanpa pergerakan tajam dan variasi serangan di sepertiga akhir lapangan. Hal ini membuat beberapa analis menyebut permainan mereka “stagnan” dan “terlalu akademis”.
Meski demikian, beberapa pihak menilai kritik terhadap Alonso terlalu dini. Ia baru memimpin tim selama beberapa bulan, dan proses adaptasi di klub sebesar Real Madrid tentu membutuhkan waktu. Bahkan, pelatih timnas Inggris, Thomas Tuchel, menyatakan dukungannya terhadap Bellingham dan yakin pemain tersebut akan segera menemukan kembali performa terbaiknya di bawah asuhan Alonso.
Tantangan Besar Menanti Alonso
Dengan tekanan besar dari media, ekspektasi tinggi dari fans, dan dinamika ruang ganti yang mulai memanas, Xabi Alonso kini berada dalam ujian sesungguhnya sebagai pelatih Real Madrid.
Ia harus mampu menemukan keseimbangan antara kedisiplinan taktik dan kebebasan ekspresif pemain — sesuatu yang menjadi kunci kesuksesan pelatih-pelatih Madrid sebelumnya.
Jika gagal mengendalikan situasi ini, bukan tidak mungkin ruang ganti yang retak akan berdampak langsung pada performa tim di lapangan. Namun jika Alonso mampu meredam gejolak dan mengembalikan harmoni, Real Madrid tetap memiliki potensi besar untuk berjaya di bawah arahannya.
Sumber: Mundo Deportivo, Daily Mail